Pulau Tidung

Tulisan ini sebenernya pernah saya kirim ke redaksi majalah, tapi karena ga sempet edit2 lagi jadi saya menggagalkannya, what a lost :'( wish i have more than 24 hours a day!! bahkan ini saya copy langsung dari e-mail saya ke editornya, karena lupa dimana saya nyimpen filenya, hehe.... kasarnya begini:

Melepas kepenatan kuliah, saya bersama teman-teman berencana untuk berakhir minggu di Pulau Tidung. Pulau yang berjarak dua setengah jam dari Jakarta ini dapat menjadi tujuan pelarian sesaat dari kondisi hirukpikuknya ibukota.

Pulau Tidung dari gugus kepulauan seribu belakangan ini ramai dibicarakan banyak kalangan, khususnya mahasiswa. Selidik punya selidik beberapa mahasiswalah yang memang menjadi agen perjalanan wisata di pulau ini. Mereka mengorganisir warga untuk memberdayakan sumber daya yang ada untuk kemajuan wisata Pulau Tidung. Mereka juga menawarkan itinerary khusus pada pengunjung dengan harga sesuai dengan kantong mahasiswa. Biasanya seminggu sebelum perjalanan mereka akan memberikan briefing mengenai apa yang harus dan akan dilakukan selama perjalanan ke pulau tidung.

Tempat pemberangkatan kapal menuju pulau tidung adalah Pelabuhan Muara Angke. Saya cukup terkejut dengan banyaknya pengunjung yang akan mengunjungi pulau tidung pada akhir minggu itu. Dari Pelabuhan Muara Angke kami diberangkatkan menggunakan kapal yang kondisinya tidak cukup bagus menurut saya dan berdesak-desakan dengan beberapa pengunjung lainnya di dalam kapal. Kapal berangkat menuju Pelabuhan Pulau Tidung pukul delapan pagi. Sebagai alternatif dari sumber lain yang saya dapatkan ternyata untuk menuju Pulau Tidung kami tidak harus berdesak-desakan di atas kapal seperti yang saya lakukan, tetapi bisa juga berangkat dari Pelabuhan Marina, Ancol dengan kapal yang lebih bagus kondisinya.

Melewati Teluk Jakarta saya semakin cemas dengan apa yang akan kita dapatkan di Pulau Tidung nanti, bagaimana tidak, selama satu jam perjalanan laut, yang saya lihat adalah air laut yang keruh, sampah, batang kayu, bahkan sofa mengambang di atasnya. Teluk Jakarta benar-benar telah tercemar limbah, tidak hanya industri, namun juga rumah tangga.

Kecemasan saya tidak berlangsung lama, sesampainya di Pulau Tidung saya langsung terpana dengan beningnya air laut dan pepohonan hijau yang membentang di sepanjang dermaga pelabuhan pulau tidung. Kami disambut oleh warga Pulau Tidung yang memang bahu membahu setiap minggunya menyambut pengunjung yang datang dari luar pulau. Dari agen perjalanan, kami mendapat pemandu wisata yang memang merupakan orang asli Pulau Tidung.

Dari dermaga, kami berjalan menuju penginapan yang telah disediakan. Di Pulau Tidung ini tidak terdapat hotel, tetapi hampir sebagian dari warga pulau ini menyewakan rumahnya untuk dijadikan tempat menginap. Kami mendapatkan rumah dengan tiga tempat tidur, kamar mandi, TV, dan AC. Bahkan pemilik rumah yang kami tempati memperbolehkan kami menggunakan dapurnya, walau persoalan konsumsi telah diatur oleh agen perjalanan kami. Lebih dari cukup bagi kami yang hanya membayar seluruh biaya tur di Pulau Tidung ini sebesar 320 ribu rupiah.

Setelah beristirahat beberapa jam di rumah, kami siap untu ber-snorkeling. Peralatan snorkeling, yaitu fin, goggle, life vest, dan snorkel disediakan oleh agen perjalanan. Namun kita juga bisa menyewanya. Kami menaiki kapal tradisional yang lebih kecil untuk menuju snorkeling-spot. Karena banyaknya pengunjung di pulau ini, snorkeling spot harus dibagi, kami mendapatkan dua snorkeling spot, yaitu di Pulau Payung dan Pulau Air. Kedua pulau ini ditempuh selama 15 menit menggunakan kapal dari Pulau Tidung. Air lautnya jernih, terumbu karangnya indah, dan ikannya banyak. Kami bersnorkeling sambil memberi makan ikan-ikan tersebut dan mengambil foto-foto dalam air hingga lupa waktu. Tiba-tiba pemandu wisata kami sudah memberikan aba-aba bahwa kami harus bergegas sebelum matahari terbenam. Saat itu saya baru menyadari bahwa hari sudah sangat sore. Ah, rasanya tidak ingin beranjak dari laut.

Kapal kami menepi di dekat jembatan cinta, jembatan ini menghubungkan dua pulau dari pulau tidung, Pulau Tidung Besar yang berada di barat dan Pulau Tidung Kecil yang berada di Timur. Di sepanjang pantai dekat jembatan, banyak orang berjualan makanan, namun sayangnya makanan yang dijual disini hanya sebatas indomie dan bakso serta makanan ringan, kamipun berandai-andai jika saja ada seafood disini, lengkap sudah liburan singkat kami, sambil menikmati matahari terbenam kami menyantap seafood, andai saja...

Ternyata seafood datang pada malam hari. Setelah kami membersihkan diri di rumah, jam 8 malam kami dijemput pemandu wisata kami menggunakan sepeda. Masing-masing dari kami boleh memilih sepeda yang telah disediakan di halaman rumah. Bagi yang tidak dapat bersepeda, dapat naik becak menuju dermaga jembatan cinta. Malam hari itupun kami bersepeda menyusuri pantai. Di dermaga jembatan ini sudah tersedia ikan bakar beserta kecapnya. Rasanya bertambah nikmat ketika agen perjalanan menutup malam itu dengan kembang api di tepi pantai. Sungguh suasana yang romantis.

Pagi harinya kami kembali bersepeda menuju dermaga jembatan cinta menanti matahari terbit dan tidak lupa berfoto-foto di tepi pantai yang jernih, Kami berjalan kaki melewati jembatan cinta yang panjang menuju Pulau Tidung Kecil. Di Pulau Tidung Kecil yang tidak berpenghuni ini terdapat budidaya mangrove untuk mencegah abrasi air laut. Pulau yang dapat dikelilingi hanya dalam waktu 15 menit ini sungguh sangat mempesona. Kami berjalan berkeliling dan kembali ke tepi dermaga jembatan cinta Pulau Tidung Besar. Disini kami dapat bermain water sport seperti jet ski atau banana boat. Namun hal yang paling mengasyikan sekaligus memacu adrenalin adalah bridge jumping yaitu meloncat dari puncak jembatan setinggi kurang lebih 7 meter dari permukaan laut langsung ke dalam laut. Sungguh suatu tantangan tersendiri, setelah melakukannya ,sayapun ketagihan mencobanya hingga tiga kali!

Setelah makan siang, kami pun bersiap-siap kembali ke Jakarta dengan segudang cerita menyenangkan dan keinginan untuk kembali ke pulau ini lagi jika ada kesempatan. Satu lagi yang perlu diingat, karena pulau ini tidak mempunyai Tempat Pembuangan Akhir sampah, maka setiap pengunjung yang membawa sampah dari Jakarta harus membawa kembali ke Jakarta sampah tersebut, so keep this Island clean.

Getting here:

1. Anda dapat menggunakan jasa agen perjalanan maupun bepergian sendiri, namun pastikan Anda telah mendapatkan guest house atau rumah penduduk yang dapat dijadikan penginapan karena setiap weekend, pulau ini selalu ramai dikunjungi. Untuk travel agent dapat di lihat di situs facebook: pulau tidung dan kaskus: tidung. Biaya untuk agen perjalanan tergantung dari paket dan fasilitas yang diberikan, jumlah peserta, dan lama tinggal dipulau..

· Jika anda ingin bepergian sendiri dapat langsung menggunakan kapal dari pelabuhan muara angke dengan membayar ± Rp. 40.000,- sekali jalan,atau menggunakan boat dari Pantai Marina, Ancol

· Biaya sewa rumah atau guest house semalam untuk 3 tempat tidur ± Rp.300.00,-

· Harga sewa peralatan snorkeling ± Rp. 30.000,- untuk menyewa sepeda ± Rp. 15.000,-/ hari dan sewa motor ± Rp.50.000,- / hari. Di pulau ini tidak terdapat transportasi mobil

2. Sinyal handphone di Pulau tidung sangat buruk, hanya provider indosat yang memiliki akses sinyal disana, itupun sangat lemah.



Picture? of course banyaaaaaak!! hahaha... check this out, u'll be blown away!
pictures by Indah Kusuma Pertiwi :)
so, jangan takut gosong, yuk ke Pulau Tidung :)







itu sayaaa!! yang sedang Bridge Jumping itu sayaa!!




sunrise




Depok-Salemba (PP)

Here, I am on my way to Salemba, updating my blog :)

*bentar tarik napas dulu abis ngejar kereta*

Saking lamanya saya kuliah di FKG UI Salemba, semua orang yang saya lewatin setiap harinya dalam perjalanan saya sungguh sudah sangat familiar (hampir 7 tahun loooh). Sebelumnya saya mau cerita dulu perjalanan panjang saya dari rumah menuju kampus...
Dari rumah saya tercinta (yg sekarang lg di renovasi) saya harus dua kali naik angkutan umum ke stasiun depok lama (stadela), bisa sih naik angkutan ke stasiun depok baru (stadebar) yg dibelakang itc itu, cuma ga semua krl ekspress berenti disitu... Singkatnya dari rumah ke stadela lebih gampang naik ojek
Nah setelah naik kereta selama +/- 40 menit, saya turun biasanya di stasiun gondangdia, setelah itu naik ojek dari stasiun ke fkg ui. Jadi bisa disimpulkan saya ketemu setiap paginya sama:
1. Tukang ojek
2. Mas2 jualan tiket di loket krl
3. Karena saya baca koran tempo tiap pagi, saya kenal banget sama ade2 dan mas2 yg jualan koran di stadela (bahkan saya tau nama yang ngejual koran ke saya :p)
4. Tukang ojek di gondangdia

Dulu pas naik kereta pagi saya kenal juga sama bapak2 yang meriksa tiket di dalem kereta, skarang orangnya kayanya udah pensiun...

Nah, kemarin dan hari ini saya naik kereta,
Cerita pertama adalah si tukang ojek gondangdia,,, haha... Setiap melihat saya turun dari tangga stasiun, semua tukang ojek rame2 neriakin saya, UI mbak, UI mbak,,, iya mereka memang udah familiar lihat cewe kurus berjilbab turun dari tangga dan selalu bilang UI salemba ya pak... Haha... Masalahnya saya kayak udah punya langganan sendiri walopun gak tentu juga, yaitu si bapak2 yang selalu pake jersey sepak bola (ntah bernama punggung daddy zidane saya atau maldini) *tetep loooh* hahaha...

Kemaren itu saya liat si bapak itu lagi sibuk mindahin motornya, karena ga yakin dia mau ngojek, saya beralih ke tukang ojek lainnya,, begitu saya udah hampir naik, dia liat si bapak2 yg udah jd langganan saya itu, terus dia bilang, maap ya mbak, saya ga enak, sama si bapak aja, terus dia bilang sama bapak2 langganan saya itu untuk ngebawa saya dan dia cari penumpang lainnya... Wow,, loyal sekali sama temennya yaa...

Nah, hari ini kejadiannya agak bikin heboh stasiun :p
Saya yang naik ojek agak sedikit telat mengejar kereta, begitu saya beli tiket, keretanya udah mau jalan,,, si mas2 yg diloket sontak teriak "cepet mbak2, udah mau jalan keretanya" terus saya lari2 ngejar kereta, kumpulan tukang koran yang udah kenal sama saya disitu sampe berusaha menahan pintu kereta supaya tetap terbuka dengan kedua tangannya, dagangan korannya ditaro dibawah, sedangkan tukang koran yang lain ngelobi masinisnya supaya berangkatnya bentaran lagi, dan yang lainnya teriak "lewat kabin aja mbak". hahaha... Tapi apa daya, rem keretanya udah diturunin, yang artinya ga bisa berenti hanya dalam hitungan detik... Saya sampe kasian sama mas2 yg berusaha ngebuka pintu, tangannya hampir kejepit :(
Jadilah kereta berjalan tanpa saya didalamnya...

Setelah itu si mas2 yang tangannya hampir kejepit itu memberi solusi, "yang ac-ekonomi bentar lagi mbak, itu keretanya, dituker aja" dan yang bikin heboh yang lain ikutan teriak "tuker tiketnya mbak, cepetan!" Alhasil saya lari lagi ke loket lagi untuk nuker tiket ekspress jadi ac, haha... Ga sampe disitu, mas2 yang diloket sama yang meriksa tiket di stasiun juga ikutan teriak2 "ayooo cepet tuker sama ac mbak, bentar lagi!" Hahaha...
Stadela jadi rame sesaat gara2 saya yang telat :p

Akhirnya saya naik ac ekonomi, dan si helmi (ade tukang koran yang selalu saya beli korannya) ngejar saya buat ngasih koran temponya :)

Dan dikereta ini pula saya menulis blog ini :)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

talking bout my elementary school

oke, kerena ga ada topik jalan2 lainnya, karena selama ini saya terkungkung di rumah sementara sebab rumah saya sedang direnovasi, dan juga karena akses internet dari modem Fl**h ini sungguh lamaaaaaaaaaa sekali, jadilah baru bisa update blog lagi (nyari alesan bilang aja males buka internet :p)

so, karena belum kemana2 lagi, i would like to talk bout my elementary school, terinspirasi obrolan hari selasa kemaren di meja teh Helly tentang uang jajan...

begini ceritanya,

saya pindah dari Demak-Jawa Tengah ke Depok Jawa Barat ketika umur 4 tahun, saat itu saya telah menyelesaikan TK 0 kecil saya (saya masuk TK umur 3 tahun) dan diumur itu saya sudah lancar membaca, sampe saya sendiri sombong banget, haha... sewaktu pindah ke depok, semua taman kanak2 yang ada disini murid2nya belom bisa baca, alhasil saya yang sombong saat itu gak mau masuk ke tk yang murid2nya belom bisa baca (ngegemesin yaa, hahahay)

setelah dibujuk2 saya mau masuk ke sekolah tk islam, saya bisa baca tapi belom bisa ngaji, hihihi... celakanya pas saya TK, saya belum bisa bahasa Indonesia, bahasa saya cuma bahasa Jawa! dan parahnya bahasa kromo inggil alias bahasa Jawa halusnya orang-orang keraton, Zzzz... alhasil terjadilah yang namanya kekerasan saat tk, saya sungguh dikucilkan karena ga bisa bahasa Indonesia (oleh sesama anak TK lainnya, kebayang gak sii), masih inget nama pembully saya itu si Lani, (nantinya ketemu di SMP) pokoknya saya selalu dimusuhin sama temen2 saya di TK karena pake bahasa paling aneh yang mereka pernah denger, hehehe

singkat cerita, saya lulus TK 0 besar dengan umur masih 5 tahun dan gak punya banyak temen, hiks... kemudian pas mau masuk sekolah dasar, naaaah, masalah kedua, umur saya masih kecil banget buat masuk SD. minimal umur masuk SD negeri itu kan 6 tahun, saya gak bisa masuk SD negeri akhirnya kami mencari private elementary school yang bagus di daerah depok, yang terkenal ada dua SD YTI dan SD PB (disingkat aja takut dituntut saya ;p), yang dekat dengan rumah saya SD PB tapi kata guru TK saya SDYTI ini yang paling bagus di depok. oke, jadilah saya ikut tes masuk di SD ini, dan tentu saja lulus dengan kemampuan membaca dan berhitung yang di atas rata2 (tentu saja, mama saya kan guru bahasa Indonesia --__-- keterlaluan sekali kalo gak lulus)

gak lama setelah masuk sekolah, saya baru mengetahui sekolah ini super disiplin, kelas 1 SD saya diomelin terus kalo telat, padahal bukan salah saya, lhaa bus jemputan yang ngejemput saya di rumah yang telat --__-- tapi tetep yang diomelin muridnya

kelas 3 karena saya bandel banget pas udah selesai istirahat dan bel udah masuk, saya masih lari2an di lapangan, eh gurunya udah masuk duluan, kali ini hukumannya scot jump dan balik lagi ke lapangan besar dan lari dua puteran, udah gitu ga dikasi duduk di bangku kelas, jadi duduk di lantai :'(
di kelas ini juga saya pernah kena jewer karena waktu itu libur idul fitri, dikasih tugas satu buku tekun teliti (kunti) atau mirip lembar kerja siswa gitu,,, LITERALLY SATU BUKU! mau gimana coba, saya pulang kampung dengan ngebawa satu buku itu buat dikerjain, dan tetap ngga selesai, saking kasiannya sama saya, si mamah akhirnya ngerjain sisa PR saya itu, yah, ketauan laaah itu tulisan mama, dari kecil juga tulisan saya udah kaya ceker ayam --__--

kelas 4 saking gak tahan lama jemputannya, saya udah berani naik angkutan umum sendiri, di kelas ini saya ikut ekstrakurikuler renang, aerobik, sama basket (gaya banget emang sekolah saya ini). sekolah ini MELARANG siswa-siswanya JAJAN, bahkan jajan di kantin sekolah pun gak boleh, kantin sekolah hanya untuk guru dan orang tua murid, itu tempat keramat buat kami, hihihi... begitu juga gak boleh jajan sepulang sekolah, padahal banyak tukang jajanan di depan sekolah yang menggiurkan. entah kenapa pasti ketauan besoknya kalo hari ini jajan diluar, guru2nya punya banyak mata-mata --__--


mama yang suka kasian ngeliat anaknya gak pernah bahagia sekolah di SD itu (lebay) pengen ngasih uang jajan lebih, ongkos angkutan umum saat itu seratus rupiah sekali jalan buat anak sd, kalo bolak-balik kan jadi 200 rupiah, mamah pengen ngasih uang jajan ke saya tuh 500 atau seribu, kalo2 saya pengen apa2 atau takut keabisan uang di jalan. tapi selalu saya tolak, mau gimana, saya cemen berat, takut tasnya diperiksain dan ditemuin uang lebih terus disita (karena memang banyak yang begitu), dan dimarahin, hahaha

kelas lima cukup menyenangkan buat saya karena guru kelasnya, pak Woto lumayan baik, tapi saya juga lumayan sering belajar sambil duduk di lantai biasanya sih karena telat, hehe... di kelas 5 ini saya pernah nggak masuk seminggu lebih karena jatuh dari sepatu roda di jalan turunan yang curam sampe berguling-guling dan ditolongin orang sekitar (pecicilan sangat dari dulu sampe sekarang :D)

di kelas 6, yaoloh, inilah kelas yang paling menjadi momok buat saya
nah, di kelas ini masuk jam 6 pagi pulang jam 2 siang, dua hari dalam seminggu ada les tambahan untuk kelas 6 dari jam 3 sore-5 sore, dua hari lainnya dalam seminggu sorenya kita kerja kelompok di rumah temen yang sudah ditentukan dengan stempel buktinya tanda tangan orang tua yang tinggal di rumah temen yang jadi tuan rumah bergilir, keesokan harinya tandatangannya diperiksa, dan di hari minggu ada kegiatan les tambahan dari pagi sampai jam 12 siang.
selain itu dikelas ini juga buku tulisnya pake buku double folio (yang biasa buat kasir2 itu) PR setiap hari adalah bikin soal 50 ipa/ 50 ips/ 50 bahasa indonesia/ 50 ppkn/ 50 matematika, setiap 250 soal udah selesai, besoknya buku itu dituker sama temen lain kelas buat dijawab masing2, nilainya merupakan nilai bayangan ujian akhir (EBTANAS)
gak cuma sampai disitu, setelah dapet nilai bayangan seluruh siswa dari 5 kelas 6A, 6B, 6C, 6D, 6E dikumpulkan di lapangan diurut dari nilai bayangannya paling tinggi sampai paling rendah X_x dan dipisah 1- 40 orang teratas masuk kelas 6A, 41-80 masuk kelas 6B dst....
dan gak cuma sampai disitu pembagian tempat duduknya pun diurut dari yang paling bagus nilainya sampai yang paling jelek....
latihan ujian bayangan ini dilakukan terus menerus, sehingga saya dari kelas 6A pernah terlempar ke kelas 6B, dan pas bisa balik ke A mencari cara agar bisa bertahan di kelas A, begitu juga yang B, C, D, E masing2 berkompetisi supaya dapet tempat lebih baik lagi...

selain itu di SD saya tercinta itu ada peraturan2 berikut:
1. seragam: senin/kamis putih-merah lengkap dasi dan topi, selasa/rabu lurik lengkap dengan dasi, jumat seragam olahraga, sabtu seragam pramuka, semuanya disertai dengan kaos kaki panjang selutut (bener2 harus selutut kayak pemain bola)dan sepatu kets hitam tanpa garis, kalo engga yaaa dihukum :D
2. setiap latihan soal, dalam setiap akhir kalimat harus menggunakan titik, atau tanda baca, dan juga akhir latihan ditutup dengan garis akhir kalo engga begitu nilainya 0! (seriusan 0 walopun bener semua)
3. makan-minum bawa sendiri, mulai dari kelas 6 gak boleh makan di dalam kelas, jadinya makan ngumpul semua di selasar kelas dari 6A-6E
4. harus pake jam tangan, kalo gak punya bisa ngiket jam dinding ke tas (temen saya bener2 mempraktekkannya loooh)

alhasil pas di SD saya gak mengenal yang namanya dunia luar, baik jajanan populer maupun game2 yang populer (kesiaaaaan), yasudahlah...

ending dari hebatnya kedisiplinan SD saya mengantarkan SD tersebut jadi dengan nem SD tertinggi di Depok, dan nilai paling kecil adalah 30 koma sekian dari 5 mata pelajaran yang artinya rata2 paling rendah SD saya adalah 6! hebat bukan...

tapi tetap saja mama saya kapok menyekolahkan anaknya disana, jadi ade saya ga sekolah disana deeh :D

Istanbul-Bursa, Turkiye! Part 2

.... lanjutan dari blog saya beberapa tahun lalu, hahaha


sampe mana yaah, oiya sampe saya demam di istanbul setelah naik kapal, haha... tepat hari ketiga kalo ga salah, saya benar2 tepar di Turki, demam tinggi dan mata pedes banget rasanya, mungkin jet lag yaa, tapi disamping itu Turki yang lagi summer emang panas banget, matahari tepat di atas kepala, selain itu jadi waktu istirahat kurang karena berkegiatan dari jam lima pagi dan nungguin isya jam 11 malem baru bisa tidur, yaaa... tau sendiri saya kalo nempel bantal juga tidur, ga nyampe jam 9 biasanya udah ga ada suaranya, KECUALI kalo nonton bola, hehe... entah kenapa mungkin karena kebiasaan SD nonton bola malem2, saya pasti terjaga kalo diniatin nonton bola,,

Balik lagi ke Istanbul, saya akhirnya dikasi Paracetamol sama sodaranya Pak Omer, hmmm siapa yaa namanya lupa, pokoknya abla ini juga tinggal dan kuliah di depok deh, hehe... saya pernah kok nganterin ade saya masuk asrama dan ketemu abla ini, dan kerenanya dia fasih sekali berbahasa Indonesia... dia khawatir karena besoknya kami akan meninggalkan Istanbul dan memulai perjalanan ke BURSA :)

check out dari Otel Fuar, kami bergerak ke Bursa dengan tentu saja disetirin Ferhat Abi yang ga bisa bahasa Indonesia atau Inggris (ribet deh kalo ngomong sama dia cuma bisa ngitung, terimakasih dan nunjuk2 karena bahasa turki kami juga payah, haha) perjalanan Eropa-Asia ini cukup menyenangkan, karena si ferhat abi ga berenti ngoceh dalam bahasa Turki yang sama sekali saya ga paham, hehe... Piss abi.. :p dan karena saya kali ini kebagian duduk di depan (maklum posisi di dalem mobil terus diundi biar punggung gak sakit), saya kena angin sepoi2 dan akhirnya tertidur dengan pulasnya di jalan, haha *dimana menyenangkannya yaa? hehe*

sampe Bursa tengah malem daaaan, punggung sakit semua, hahaha... yah, namanya juga jalan2 dinikmati sajaaa :) kami check inidi sebuah hotel (lagi2 lupa namanya) terus tidur pules sampe pagi, hehe...

keesokan harinya di Bursa kita BELANJA, haha... tentu saja, karena lusanya kita mau piknik di Uludag, jadilah ade saya beli sepatu buat trekking dan saya karena sudah yakin pake sepatu super cozy, saya jadinya cuma beli oleh2 buat mama: baju gamis pajang rajutan, tea set khas arabian, tas2 yang lucu-lucu, macam2 hiasan, pashmina- jilbab- sajadah, dan lain2, (snowglobe turki udah dibeli di miniaturk, ini paling penting!!) sekalian makanan buat piknik keesokan harinya, saya sebenernya jg pengen beli karpet, tapii... kok repot ya masukin pesawatnya... (hal yang kemudian saya sesali, kenapa ga dipaketin aja --__-- ternyata si papa berhasil memaketkan jam dari jerman; jerman-turki kan gak jauh :'( )dan sungguh di Bursa ini jauh lebih adem di Bandingkan Istanbul, kalo kata fatma abla, bursa ini kota wisata yaaa, ga jauh bedalah sama Bandung, hooo...


setelah berbelanja2 seharian dan sholat di masjid, emm apa yaaaa, lupa, pokoknya masjid kecil di Bursa, saya yang belum pake jilbab disodorin kain buat menutup kepala, ga jauh beda sama masjid jami di kuala lumpur (nah, pas lagi di masjid jami, karena saya sedang sholat dan bawa mukena, jadi pake mukena) kalo di bursa ini, karena saya belom pake jilbab juga sedang tidak sholat, jadilah terpaksa penutup kepala kain itu yang saya pake.. Note: cami dengan c yang punya ekor dibahnya (dibaca jami) dalam bahasa turki artinya adalah masjid, jadi saya agak bingung dengan jami versi Indonesia atau malaysia yang mengikuti kata masjid (mungkin kalo disini artinya sama kayak agung kali yah)

hari itu kemudian ditutup dengan berziarah ke makam nabi Yusa, dan berkeliling kota Bursa... agak aneh kali yaa ngeliat muka2 indonesia (walaupun saya selalu ditebak berasal dari Arab Saudi --__--) disini, ga sedikit tiba2 ada penduduk lokal yang minta foto sama kami termasuk anak2 muda, dan anak2 kecil (kok kayak badut yaah, diajakin foto melulu ;p)

next day, yuhuuuu trekking dan piknik!!
Uludag atau dulu terkenal dengan Mt Olympus ini sangat terkenal dengan ski resortnya (note it: ketika WINTER) karena merupakan daerah tertinggi di area Marmara, jadi ketika summer ngapain? yaaa... itulah camping dan trekking, kami dianter Ferhat abi sampe daerah yang seharusnya jadi daerah cable car buat main ski terus kami mendaki bukit2 yang seharusnya ada saljunya, hiks (belom pernah liat salju asli), dipandu oleh Yusuf abi, temen Pak Omer yang ada di Bursa (yang lumayan ganteng, hehe) kami menemukan, tebaaak apa?? GLETSER (glasier)!! ternyata glasier ga cuma ada di kutub, di semua pegunungan tinggi di eropa rata2 puncaknya tertutup glasier!

Sejam lebih kami main di sisa-sisa salju yang abadi itu, dari lempar-lemparan salju ampe perosotan sampe saljunya berubah warna jadi coklat, haha,, gak lupa foto-foto dan nyebur sungai super dingin, gak nyebur juga sih, bisa menggigil di tempat, hahaha... terus setelah cuaca uda agak mendung kami bergerak ke tempat yang biasa dibuat kemping, mau barbeque-an. Saya berniat ngebantu Fatma abla nyiapin ayamnya, dan dengan niat mau nyuci ayam-ayam yang udah mau disiapin buat barbeque-an itu, saya buka keran... dan oh my GOD, rasanya tangan saya kaya abis ditusuk-tusuk pake pisau, asli sakit dan dingin banget, dan seketika langsung biru --__-- karena gengsi, masa gitu aja kalah sama fatma abla, akhirnya saya nahan sakit kena air super dingin itu dan tetap nyuci si ayam, errr...

So far, Uludag adalah tempat terkeren di dunia yang pernah saya datengin, suerr keren abis, n that was my 1st snow experience jadi kerennya berlipat-lipat deh! oiya gak lupa juga foto di batu pinggir jurang bertuliskan seni seviyorum; konon pasangan yang foto disitu abadi, weleh, gak dmana2 legenda memang selalu ada. disana juga ada pohon terbesar di dunia yang masuk world record!

Balik Ke Istanbul kali ini kami pergi menjelajah Hagia Sophia/ Ayasofya yang dulu sempat merupakan gereja megah, kemudian berganti menjadi masjid megah, dan sekarang jadi museum di Istanbul. pas kami kesana masih dalam tahap reformasi, sumpah megah abis. disana angit-langitnya super keren dengan tiang-tiang yang gagah. Interiornya super! belum ditambah adanya mosaic-mosaic gambar-gambar beraroma christian, dan ada pintu ka'bah juga. keren abis arsitekturnya! selanjutnya kita ke Obelisk of Theodosius, yang merupakan obelisk dari zaman Mesir kuno dari Pharaoh Tutmoses III di Hippodrome of Constantinople sekarang ini disebut sebagai At Meydanı atau Sultanahmet Meydanı.

Hari berikutnya merupakan hari terakhir di Istanbul, dan kita mengunjungi dari Grand Bazaaar, cari oleh-oleh sampe digodain terus sama yang jualan --__-- terus ke halaman Istanbul University, main-main di taman kotanya Istanbul, pokoknya city tour aja keliling kota, pulangnya mampir ke rumah temen fatma abla di istanbul, terus ketemu Irina, anak Rumania yang lagi homestay disana :)

Keesokan harinya, kami ke Attaturk International Airport, siap mengejar pesawat menuju Kuala Lumpur dan berlari-lari di KLIA mengejar pesawat ke Jakarta. 8 days in Turkey, what a journey!



anak-anak Turki yang minta foto bareng kita

Makam salah satu nabi


Uludag with Ferhat Abi

sisaan salju



chicken bbq-ing

Uludag

Ayasofya

Interior Ayasoya yang lagi renovasi

bertamu, hehe

city tour Istanbul
Grand Bazaar


Malam terakhir di Istanbul