wisata bencana di Magelang

masih teringat bencana meletusnya gunung merapi akhir tahun kemarin? yap, betul letusan dahsyat yang merenggut ratusan nyawa, melukai banyak orang serta menyebabkan kerugian material yang super duper besar itu. wedus gembel yang meluluhlantakkan beberapa desa, tidak cuma manusia, hewan ternak dan tumbuhan yang hidup pun terbujur kaku tertutup debu.

namun bencana itu ternyata tidak sebatas meletusnya gunung merapi saja, beberapa minggu setelahnya, bahkan sampai hari ini hujan yang selalu turun belakangan ini, membuat kerugian material semakin bertambah, dengan datangnya banjir lahar dingin Merapi, yang meluas hingga Magelang.

Saya yang kebetulan liburan imlek kemarin sedang berada di Semarang tertarik wacana beberapa saudara yang mengusulkan untuk pergi ke tempat bencana lahar dingin tersebut di daerah Magelang, mereka berkata: wisata bencana. yah, walaupun sebetulnya tidak etis untuk berwisata dalam meaning having fun ke tempat bencana yang sebenarnya adalah tempat warga kehilangan rumah, harta, dan mungkin saudaranya, namun saya juga tergelitik untuk melihat separah apakah banjir lahar dingin yang katanya hingga memutuskan jalan raya yang dan menjadikan kota magelang terbelah menjadi dua.

dari semarang menuju magelang, kita akan melewati kota Ungaran, Ambarawa (kota-kota ini masih termasuk Kabupaten Semarang), yang saya suka ketika melewati daerah ini adalah udaranya yang begitu sejuk karena masih termasuk ke dataran tinggi. aih, mama sama papa selalu pengen punya rumah di daerah ini, haha...

memasuki Magelang, langit sebenernya sudah agak mendung dan mendadak jalanan di depan kami macet total, ternyata ada penyempitan jalan karena ada penggalian pasir dan material-material yang tersisa akibat banjir lahar dingin. tepat di daerah Comal, Magelang disebelah kanan-maupun kiri sudah tertutup pasir dan batu-batu. alat-alat berat sedang bekerja menggali dan memindahkan batu-batuan yang tingginya hampir 2 meter.

melewati jembatan yang menjembatani kali yang merupakan pembawa arus lahar dingin, kami melihat pasir yang sudah menimbun rumah hingga atap-atapnya, bahkan terdapat rumah yang tidak bersisa karena terlindas batu-batu raksasa muntahan Merapi. bagaimana kami tahu itu adalah sisa rumah? warga-warga daerah tersebut membuat papan sebagai plang untuk mengklaim rumah mereka, sebelum ada orang lain yang mengklaim tanah-tanah tak berpenghuni tersebut. sungguh menyedihkan keadaannya.








melewati jembatan tersebut kami menepi untuk melaksanakan sholat jumat dan sholat zuhur, kemudian kami berputar balik melewati jembatan tadi lagi. sebelum jembatan, terdapat posko bantuan, kami dapat memarkir mobil disana dan melihat-lihat separah apa rumah warga yang terkena banjir lahar dingin. disaat kami memarkir mobil, terdapat beberapa keluarga yang memberikan sembako atau bantuan berupa alat tulis untuk anak-anaknya. kami keluar dari mobil dan mulai menjelajahi rumah ke rumah, rata- rata semua rumah sudah terendam pasir hingga ke atap, dan beberapa pohon yang harusnya tingginya lbih dari 2 meter hanya terlihat puncaknya saja yang tinggal setengah meter.

pulangnya kami ga sanggup melewatkan kupat tahu magelang yang terkenal dan jajan makanan khas magelang dan muuntilan: wajik, getuk trio, tape ketan, dan lainnya :9

foto-foto bisa dilihat di: fieldtrip to hometown facebook page milik adik saya
sangat menyedihkan melihat kondisi desa tersebut....
berikut beberapa contoh foto yang kami ambil

2 comments:

Aziza Iskandar said...

template blog nyaa lebih menyenangkan yg ini.. yang kemaren bikin pusing.. :P

Ayo jalan2 frid!

Frieda Ayu Prihadini said...

hahaha... thanx zaaa, searching background blog tanpa merubah theme ini lumayan menyita waktu :p